Tugas filsafat pendidikan tidak lain
adalah mengantarka para calon guru dan para praktisi pendidikan untuk
berhadapan dengan pertanyaan – pertanyaan besar yang mendasari makna dan tujuan
pendidikan. Untuk itu mereka mesti akrab dengan isu – isu, semisal hakikat
realitas, makna dan sumber pengetahuan, serta struktur nilai.
Persoalan cara atau jalan menuju
filsafat masuk ke dalam diskusi filsafat sejak era periode yang sangat klasik.
Di era lama, persoalan – persoalan jalan atau cara menuju filsafat bahkan telah
pula menjadi topic yang banyak memancing lahirnya berbagai pemikiran, mulai
dari Socrates, Plato, Aristoteles, dan seagainya. Dari pemikiran – pemikiran
itu, kita di hari ini sekurang – kurangnya dapat menemukan konon terdapat tiga
jalan untuk menuju filsafat yaitu skeptic, rasa heran, dan kuatnya
keingintahuan.
Hingga saat ini dapat dikatakan
bahwa jalan utama filsafat pertama – tama bukanlah rasa heran, skeptis, atau
keingintahuan, melainkan rasa cinta pada kebermaknaan keutamaan hidup. Keberadaan
rasa cinta itulah yang membuat para filsuf puluhan abad yang lalu kemudian
sepanjang waktu terus berupaya memperoleh kebijaksanaan. Keerhasilan filsafat
selalu sama dengan keberhasilan cinta. Di dalam keberhasilan cinta dibutuhkan
kemurnian dan kesetiaan. Dalam ruang piker, kesetiaan ini akan membawa
seseorang untuk secara konsisten terus melacak persoalan – persoalan yang
dihadapi sehingga ia pun mampu menyikapi segala sesuatu dengan utuh dan bijak.
A.
Cabang – Cabang
Filsafat
1.
Metafisika
Metafisika kerap dikenali sebagai filsafat pertama yang berusaha
membicarakan prinsip – prinsip universal atau hal – hal yang bersifat beyond
nature. Di sini metafisika meninjau hakikat segala sesuatu atau hakikat
realitas yang terdapat di alam ini.
2.
Epistimologi
Secara umum epistimologi adalah cabang filsafat yang mengkaji
sumber, watak, dan kebenaran pengetahuan. Epistimilogi adalah cabang filsafat
yang berkaitan dengan asal, sifat, dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk
salah satu yang sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat.
3.
Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan
sistematis masalah – masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada perilaku,
norma, dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah satu cabang tertua
filsafat.
4.
Logika
Logika adalah salah satu cabang filsafat yang mempelajari kecakapan
untuk berfikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu ini megacu pada kemampuan
rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi
untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan.
B.
Peran Filsafat
Pendidikan
Di Indonesia, filsafat pendidikan aganya mesti dirumuskan
berdasarkan corak dan budaya kehidupan Bangsa Indonesia. Filsafat pendidikan di
Indonesia didasarkan pada ideologi negara dan kosntitusi Negara. Oleh karena
itu, filsafat pedidikan di Indonesia disebut sebagai “filsafat pendidikan
pancasila”. Artinya,segala kebijaksanaan pendidikan harus mencerminkan nilai –
nilai pancasila. Hasil akhir pendidikan pun harus mampu mencerminkan perilaku
yang senantiasa dijiwai oleh nilai – nilai pancasila.
Fungsi pendidikan filsafat antara lain :
1.
Filsafat
pendidikan menjadi ruang inspirasi, khususnya bagi para pendidik dalam
melaksanakan ide – ide tertentu dalam penndidikan.
2.
Peran analisis.
Dalam peran ini, filsafat pendidikan berarti memeriksan secara teliti bagain –
bagian pendidikan agar dapat diketahui secara jelas validitasnya.
3.
Filsafat
pendidikan memiliki makna preskriptif atau memberi pengarahan kepada pendidik
dalam soal apa dan mengapa pendidikan
itu.
4.
Peran
investigatif. Di sini filsafat pendidikan memeriksa antau mengkaji kebbenaran
suatu teori pendidikan.
C.
Ruang Lingkup
Filsafat
Ruang
lingkup filsafat terbagi dalam tiga ruang, yaitu :
1)
Ruang ontologi
pendidikan
2)
Ruang
epistemologi pendidikan.
3)
Ruang aksiologi
pendidikan.
Dalam ruang ontology, filsafat
pendidikan akan mengulas tentang apa itu hakikat penndidikan. Kemudian, dalam
epistemology, filsafat pendidikan akan mempersoalkan mengapa dan bagaimana
pendidikan itu karena pertanyaan mengapa pendidikan dianggap penting dan mesti
ada dalam kehidupan manusia adalah pertanyaan – pertanyaan yang masuk dalam
ruang epistemologi. Dan pada ruang aksiologi ini, filsafat pendidikan akan
mengulas makna keberadaan pendidikan dalam ruang kehidupan.
Filsafat adalah hal yang paling
mendasar dalam hidup. Oleh karena itu, filsafat selalu menjadi landasan di
berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Kita telah ulas
betapa pendidikan pada dasarnya merupakan bentuk praksis yang lahir dari
spekulasi – spekulasi filsafat bisa diterima sebab tidak sedikit pula spekulasi
filsafat yang sama sekali tidak relevan untuk diterapkan. Idealism dalam
filsafat adalah aliran pemikiran filsafat yang kental dengan corak metafisik.
Idealism memandang bahwa realitas itu tidak lain adalah ide – ide, akal,
pikiran, atau jawab
Filsafat dan pendidikan mempunyai
hubungan yang sangat erat. Sebab, pendidikan pada hakikatnya merupakan proses
pewarisan nilai – nilai filsafat yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup dan kehidupan yang lebih baik atau sempurna dari keadaan sebelumnya.
Dalam pendidikan diperlukan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari dan berusaha menyelesaikan masalah – masalah pendidikan yang
bersifat filosofis. Jadi, ketika ditemui masalah atas pertanyaan – pertanyaan
soal pendidikan yang bersifat filosof, wewenang filsafat pendidikanlah untuk
menjawab dan menyelesaikannya.
D.
Aliran – Aliran
dalam Filsafat Pendidikan
Terdapat
beberapa aliran filsafat pendidikan dalam buku ini. Pemilihan jenis – jenis
aliran penulis dasarkan pada kriteria aliran filsafat pendidikan yang memiliki
efek metodis secara langsung pada praktik pendidikan. Aliran – aliran itu
adalah :
1.
Filsafat
pendidikan idealisme
2.
Filsafat
pendidikan realisme
3.
Filsafat
pendidikan pragmatisme
4.
Filsafat
pendidikan progresivisme
5.
Filsafat
pendidikan esensialisme
6.
Filsafat
pendidikan perenialisme
7.
Filsafat
pendidikan eksistensialisme
8.
Filsafat
pendidikan rekonstruksionisme
9.
Filsafat
pendidikan behaviorisme